Menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Tari Tari adalah gerak tubuh yang ritmis sebagai ungkapan ekspresi jiwa pencipta gerak sehingga menghasilkan unsur keindahan dan makna yang mendalam. Tari menitik beratkan konsep dan koreografi yang bersifat kreatif. Kata tari dalam Bahasa Inggris terkait pada Bahasa Prancis danse yang keduanya dianggap berakar dari Bahasa Jerman Kuno donson yang berarti regangan (stretch) atau tarikan (drag)
Javanese classical dance has grown dynamically in line with the history of the palaces in Central Java, especially aft er the fift eenth century that began in the era of the kingdom of Demak. It has lived and thrived in the court of Mataram Islam since the period of Panembahan Senapati at Kotagede, the time of Sultan Agung in the palace Plered, until the moving of the palace of Mataram to Kartasura. This research methods is focused on the use of qualitative data with the questions of ‘why’ and ‘how’ to unravel the mystery behind of the phenomenon. This actions are carried out with approach of multidisciplinary such as science of history, social science, and choreography. The events of Gianti agreement in 1755 did not give only infl uence and impact on the power of the king of Mataram to had to be split into two regions, namely the region of Surakarta and Yogyakarta Sultanate region, but also had implications to the life of Javanese culture. The culture of Javanese which was originally derived from the one kingdom, namely Mataram Kasunanan, then divided into two styles, namely Javanese culture of Surakarta and Yogyakarta. Fortunately, in the palace of Kasunanan Surakarta as well as in the Kasultanan Yogyakarta palace is still being developed classical Javanese arts based on cultural and adiluhung values; respectivelly developed in the diff erent patt erns or styles. The values of spiritual ‘Javanese’ is remained as a source of reference.
Pengertian Tari Jawa Klasik Beserta Contohnya
Indonesia dikenal dengan beragam jenis suku dan budaya, salah satunya suku Jawa. Hal yang terlintas dibenak kita jika membicarakan suku Jawa adalah seni tari yang dimilikinya. Berbagai jenis tari tradisional tersebar luas di wilayah Jawa dan memiliki karakteristik serta ciri khas yang membedakan satu sama lain.
Pengertian Tari Tradisional
Tari tradisional merupakan jenis tarian yang diwariskan secara turun temurun. Unsur dalam tari tradisional dikenal memiliki gerakan yang cukup rumit. Hal ini karena gerakan dalam tari tradisional terdapat nilai filosofis, simbolis, dan religius, yang mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memahaminya.
Selain nilai-nilai khusus, dalam tari tradisional juga memerlukan formasi, busana, dan tata rias yang berpedoman pada aturan-aturan tertentu. Dalam artian, segala aspek dalam tari tradisional tidak bisa dilakukan sembarangan.
Adapun jenis tari tradisional terbagi menjadi dua, yakni tari tradisional klasik dan tari tradisional kerakyatan.
Pengertian Tari Jawa Klasik
Tari Jawa klasik merupakan seni tari yang dihasilkan dari sebuah ritual yang dilakukan oleh para empu penari keraton di zaman dulu kala. Dalam tari Jawa klasik terdapat aturan yang bersifat baku dan tidak bisa diubah lagi.
Tari Jawa klasik dikenal memiliki gerakan yang anggun dan dilengkapi dengan busana mewah. Hal ini berkaitan dengan lingkungan perkembangan tari klasik di wilayah kerajaan.
Adapun tari Jawa klasik biasanya difungsikan sebagai sarana upacara adat serta penyambutan tamu kehormatan.
Contoh Tari Jawa Klasik
Mengutip buku Refleksi Nilai-Nilai Budaya Jawa: Suatu Kajian Terhadap Serat Sakeber oleh Tashadi, dkk., contoh tari Jawa klasik yang dikenal antara lain tari srimpi dan tari bedhaya. Kedua tarian ini telah berusia ratusan tahun.
Dulunya tari srimpi dan tari bedhaya hanya boleh dipentaskan dalam lingkungan keraton dan terbatas pada acara tertentu. Misalnya, pada acara penobatan raja, perkawinan agung atau menyambut tamu agung.
Adapun yang membawakan tari-tari tersebut biasanya para putri keraton atau cucu dari Sri Sultan.
Tari Srimpi
Tari ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang memakai kostum kain panjang atau kain batik bercorak latar putih dan berbaju tanpa lengan.
Di samping menggunakan kostum dan riasan khusus, para penari srimpi juga menggunakan perhiasan kepala yang disebut jamang. Selain itu ada pula sumping yang dipakai di kedua telinga.
Tari srimpi menggambarkan terjadinya perang tanding yang dilakukan oleh dua orang putra dengan mengambil latar cerita epos Mahabharata atau cerita Menak. Agar tampak lebih serasi, tari srimpi ditarikan oleh empat orang penari yang merupakan dua pasang perang tanding.
Secara keseluruhan, perang tanding dalam tari srimpi menggambarkan pertentangan antara pihak yang baik dengan pihak yang buruk.
Tari Bedhaya
Tari bedhaya sudah ada sejak zaman pemerintahan Sultan Agung. Adapun tari bedhaya dibagi menjadi dua macam, yakni bedhaya ketawang dan bedhaya semang.
Tari bedhaya ketawang merupakan ciptaan Sultan Agung dan merupakan tari pusaka Keraton Surakarta.
Sementara tari bedhaya semang merupakan ciptaan Sultan Hamengku Buwono II dan menjadi tari pusaka di Keraton Yogyakarta.
Kedua jenis tari bedhaya tersebut dianggap keramat. Hal ini karena sepanjang tarian bedhaya dipentaskan, terdapat bermacam-macam sajian yang menyertainya.
Adapun tari bedhaya biasanya ditarikan oleh sembilan orang penari wanita dengan pakaian yang seragam.